Komun adalah Salah Satu Metode Belajar Matematika dari Jepang Sumber Foto: http://adsoftheworld.com/sites/default/files/styles/media_retina/public/images/presentation-board_kumon.jpg?itok=XAkoZEHQ |
Kebanyakan orang Indonesia menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit. Karena itu, tidak mengherankan apabila sering kali nilai matematika adalah nilai terendah yang dijumpai oleh orang tua dalam raport anaknya. Tetapi, sesungguhnya menguasai pelajaran matematika bukanlah hal yang teramat sulit.
Kesulitan dalam belajar matematika bukan disebabkan oleh sulitnya materi pelajaran, melainkan karena cara pengajaran yang tidak mudah dimengerti atau tidak sesuai dengan karakter cara belajar si anak. Dengan menggunakan teknik belajar yang tepat, maka pelajaran matematika akan menjadi lebih mudah dan menyenangkan untuk dipelajari.
Dewasa ini terdapat banyak lembaga yang mengajarkan matematika dengan cara yang unik dan menarik yang dapat memperbaiki kemampuan anak-anak dalam belajar matematika. Lembaga-lembaga ini memiliki teknik yang berbeda-beda untuk membuat pelajaran matematika lebih mudah untuk dikuasai.
Berikut ini lima teknik atau metode belajar matematika yang membuat matematika menjadi mudah untuk dipelajari:
Kesulitan dalam belajar matematika bukan disebabkan oleh sulitnya materi pelajaran, melainkan karena cara pengajaran yang tidak mudah dimengerti atau tidak sesuai dengan karakter cara belajar si anak. Dengan menggunakan teknik belajar yang tepat, maka pelajaran matematika akan menjadi lebih mudah dan menyenangkan untuk dipelajari.
Dewasa ini terdapat banyak lembaga yang mengajarkan matematika dengan cara yang unik dan menarik yang dapat memperbaiki kemampuan anak-anak dalam belajar matematika. Lembaga-lembaga ini memiliki teknik yang berbeda-beda untuk membuat pelajaran matematika lebih mudah untuk dikuasai.
Berikut ini lima teknik atau metode belajar matematika yang membuat matematika menjadi mudah untuk dipelajari:
1. Metode Kumon
Kumon adalah metode pengajaran yang dikembangkan pertama kali oleh seorang guru matematika asal Jepang bernama Toru Kumon. Level awal untuk setiap anak tidak ditentukan berdasarkan tingkatan kelas atau usia, melainkan mulai dari level yang dapat ia kerjakan sendiri dengan mudah tanpa ada kesalahan.
Dalam kursus yang biasanya berlangsung seminggu 2 kali ini, anak akan diberi lembar kerja yang harus dikerjakan setiap hari di rumah. Dengan demikian, orang tua pun memegang peranan penting untuk mengawasi cara belajar anak di rumah.
Tak perlu takut anak akan menemukan soal-soal yang tidak dipahami dalam lembar kerja. Lembar kerjanya sendiri telah didesain sesuai dengan level anak, sehingga ia dapat memahami sendiri bagaimana menyelesaikan soal-soal tersebut. Selain itu, lembar kerja juga disusun secara sistematis, cermat, dan small steps (perbedaan antar topik bahasan tidak terlalu besar) yang dapat membantu membentuk kemampuan dasar matematika yang baik pada anak, sehingga memungkinkan anak mengerjakan level yang lebih tinggi tanpa kesulitan yang berarti.
2. Metode Gasing
Metode gasing (gampang, asyik, dan menyenangkan) diciptakan oleh Prof. Yohanes Surya, yang dikenal sebagai seorang pakar yang telah membimbing para siswa terbaik Indonesia untuk menjuarai olimpiade matematika dan sains di tingkat dunia.
Lewat metode ini siapapun juga dapat belajar dan mengerti matematika. Dalam metode ini para peserta diminta untuk memahami konsep matematika sebelum mengerjakan soal latihan yang cukup banyak.
Topik yang dipelajari untuk menguasai pelajaran SD (kelas 1-6) adalah:
Lewat metode ini siapapun juga dapat belajar dan mengerti matematika. Dalam metode ini para peserta diminta untuk memahami konsep matematika sebelum mengerjakan soal latihan yang cukup banyak.
Topik yang dipelajari untuk menguasai pelajaran SD (kelas 1-6) adalah:
- Penjumlahan
- Perkalian
- Pengurangan
- Pembagian
- Bilangan negatif
- Aplikasi 1
- Pecahan
- Desimal
- Aplikasi 2
- Geometri (termasuk keliling, luas, skala dan sistem koordinat)
Tiap hari siswa belajar 4 jam (lewat program ekstrakurikuler ataupun lewat program khusus). Dalam waktu 4-6 bulan siswa akan mampu menguasai bahan kelas 1 sampai kelas 6.
Yang membedakan pembelajaran ini dengan pembelajaran matematika yang lain adalah:
- Cara siswa belajar penjumlahan yang hasilnya dibawah 20. Banyak siswa kesulitan menjumlahkan 8 + 9, 6 + 7, dan sebagainya.
- Penjumlahan dengan cara mencongak, baik penjumlahan 2 digit, 3 digit ataupun berapa digit pun
- Cara menghafal perkalian 1 sampai 10
- Perkalian dengan cara mencongak untuk 2 digit x 1 digit, 2 digit x 2 digit
- Pembagian dan pengurangan dengan cara mencongak
- Pemanfaatan bilangan dengan negatif dalam berbagai aplikasi penjumlahan, perkalian, pembagian dan pengurangan.
- Pecahan dan desimal dengan cara mencongak.
3. Metode Jarimatika
Jarimatika (singkatan dari jari dan aritmatika) adalah metode berhitung dengan menggunakan jari tangan. Metode ini dikembangkan oleh Septi Peni Wulandani sekitar tahun 2004. Meski hanya menggunakan jari tangan, tapi dengan metode jarimatika mampu melakukan operasi bilangan KaBaTaKu (Kali Bagi Tambah Kurang) sampai dengan ribuan.
Jarimatika adalah sebuah cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak menurut kaidah : dimulai dengan memahamkan secara benar terlebih dahulu tentang konsep bilangan, lambang bilangan, dan operasi hitung dasar, kemudian mengajarkan cara berhitung dengan jari-jari tangan.Prosesnya diawali, dilakukan dan diakhiri dengan gembira.
Metode ini sangat mudah diterima anak. Mempelajarinya pun sangat mengasyikkan, karena jarimatika tidak membebani memori otak dan “alat”nya selalu tersedia bahkan saat ujian karena alatnya adalah jari tangan kita sendiri. Sebuah cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak menurut kaidah-kaidah berikut :
Jarimatika adalah sebuah cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak menurut kaidah : dimulai dengan memahamkan secara benar terlebih dahulu tentang konsep bilangan, lambang bilangan, dan operasi hitung dasar, kemudian mengajarkan cara berhitung dengan jari-jari tangan.Prosesnya diawali, dilakukan dan diakhiri dengan gembira.
Metode ini sangat mudah diterima anak. Mempelajarinya pun sangat mengasyikkan, karena jarimatika tidak membebani memori otak dan “alat”nya selalu tersedia bahkan saat ujian karena alatnya adalah jari tangan kita sendiri. Sebuah cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak menurut kaidah-kaidah berikut :
- Dimulai dengan memahami konsep bilangan, lambang bilangan dan operasi hitung dasar
- Barulah kemudian mengajarkan cara berhitung dengan jari-jari tangan.
- Prosesnya diawali, dilakukan dan diakhiri dengan gembira.
4. Metode Sempoa (Mental Aritmatika)
Aritmatika Mental diajarkan dengan menggunakan alat hitung kuno yang disebut sempoa. Sempoa yang digunakan merupakan alat bantu penghitung manual yang telah diperbarui sesuai dengan kaidah-kaidah Aritmatik sehingga mudah dicerna dan ditransformasikan ke dalam mental seseorang. Program Pendidikan Mental Aritmatika Sempoa hanya melibatkan hitungan Penambahan (+), Pengurangan (–), Perkalian (x) dan Pembagian (:).
Cara ini dapat mengembangkan mental/jiwa anak-anak melalui Aritmatika Mental. Anak-anak pada awalnya menggunakan alat bantu sempoa setelah melewati masa yang khusus nantinya akan dapat menghitung bilangan/angka tanpa alat bantu apapun.
Tujuan Mental Aritmatika, antara lain:
Cara ini dapat mengembangkan mental/jiwa anak-anak melalui Aritmatika Mental. Anak-anak pada awalnya menggunakan alat bantu sempoa setelah melewati masa yang khusus nantinya akan dapat menghitung bilangan/angka tanpa alat bantu apapun.
Tujuan Mental Aritmatika, antara lain:
- Merangsang potensi otak sehingga berkembang dan mencapai fungsi yang maksimal.
- Melatih daya imajinasi dan kreativitas.
- Melatih daya logika dan sistematika berpikir.
- Melatih daya konsentrasi dan daya ingat.
- Meningkatkan kecepatan, ketepatan dan ketelitian dalam berpikir.
- Memupuk rasa percaya diri dan sikap mental positif.
- Membina minat pada pelajaran matematika.
5. Metode Mathemagics
Mathemagics merupakan program pembelajaran matematika, yang dirancang dan dikembangkan oleh Ariesandi Setyono yang menitikberatkan pada pemahaman anak akan konsep dasar matematika yang benar. Pembelajaran Mathemagics menggunakan berbagai macam permainan sehingga menjadi suatu pengalaman yang sangat menyenangkan bagi anak. Pembelajaran yang dilakukan dengan hati riang gembira akan meninggalkan kesan mendalam sehingga anak akan lebih mudah memahami pelajaran yang diberikan.
Dalam proses pembelajarannya, Mathemagics akan meningkatkan rasa percaya diri anak, sehingga mereka akan mampu dan berani untuk mengerjakan soal dan mencoba untuk menyelesaikannya.
Mathemagics mengajarkan metode aljabar, konsep berhitung dasar seperti penambahan, pengurangan, perkalian, pembagian, pangkat, akar, dan pecahan, dengan memperhatikan aspek psikologis anak. Tujuannya adalah untuk membuat pembelajaran matematika menjadi lebih mudah untuk semua anak, dengan mengakomodasi gaya belajar mereka masing-masing. Sebuah perubahan penting, yang pasti dialami anak yang belajar di Mathemagics, yaitu matematika menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Satu pengalaman belajar yang hampir tidak pernah dirasakan anak dalam mempelajari matematika saat ini.
Sumber:
Dalam proses pembelajarannya, Mathemagics akan meningkatkan rasa percaya diri anak, sehingga mereka akan mampu dan berani untuk mengerjakan soal dan mencoba untuk menyelesaikannya.
Mathemagics mengajarkan metode aljabar, konsep berhitung dasar seperti penambahan, pengurangan, perkalian, pembagian, pangkat, akar, dan pecahan, dengan memperhatikan aspek psikologis anak. Tujuannya adalah untuk membuat pembelajaran matematika menjadi lebih mudah untuk semua anak, dengan mengakomodasi gaya belajar mereka masing-masing. Sebuah perubahan penting, yang pasti dialami anak yang belajar di Mathemagics, yaitu matematika menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Satu pengalaman belajar yang hampir tidak pernah dirasakan anak dalam mempelajari matematika saat ini.
Sumber:
http://www.anakcerdas.net/teknik-ampuh-belajar-matematika/
Berikan Komentar:
0 comments: