Abstrak: Siswa merupakan aset, umat dan bangsa, secara prinsipil
pembinaannya ditaklifkan pada kedua orang tua, karena sesuatu dan lain
hal maka wewenang itu dilimpahkan kepada para pendidik. Lembaga
pendidikan (top manager) sebagai pelaku dan pengemban amanah Allah dan
umat dituntut memberikan proses terbaik hingga mengeluarkan (out put)
yang dapat memenuhi kebutuhan tripusat pendidikan.
Kesiswaan_Peringatan Hari Besar Islam |
I. Pendahuluan
Kepala
sekolah memegang peranan penting dalam mengelola sekolah. Ia
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap berlangsungnya proses pembelajaran
di suatu sekolah. Seorang kepala sekolah dituntut untuk mampu
memberiakan ide-ide cemerlang, memprakarsai pemikiran yang baru di
lingkungan sekolah dengan melakukan perubahan maupun penyesuaian tujuan,
sasaran dari suatu program pembelajaran. Sebagai pemimpin seorang
kepala sekolah dituntut untuk dapat menjadi seorang inovator. Oleh sebab
itulah kualitas kepemimpinan kepala sekolah sangat signifikan sebagai
kunci keberhasilan bagi proses pembelajaran yang berlangsung di suatu
sekolah.
Ada beberapa elemen penyelenggaraan pendidikan yang harus
selalu dibina oleh kepala sekolah yang dikemukakan oleh Wahjosumidjo
yang terangkum dalam bukunya Kepemimpinan Kepala Sekolah; Tinjauan
Teoritik dan Praktik yang meliputi program pengajaran, sumber daya
manusia, sumber daya yang bersifat fisik dan hubungan kerja sama antara
sekolah dengan masyarakat.[1]
Inilah elemen penyelenggaraan pendidikan yang harus selalu mendapatkan
perhatian dari kepala sekolah demi tercapainya tujuan suatu lembaga
pendidikan.
Di antara unsur sumber daya manusia yang harus
diberdayakan oleh seorang kepala sekolah adalah kelompok siswa. Untuk
meningkatkan mutu pendidikan suatu sekolah, kepala sekolah dituntut
untuk mau dan mampu melakukan upaya pengembangan pengelolaan sekolah
seperti dengan melakukan manajemen kesiswaan. Agar pengelolaan kesiswaan
berhasil dengan baik, seorang kepala sekolah harus menyusun serangkaian
kegiatan yang berhubungan dengan manajemen kesiswaan. Inilah fokus
pembahasan makalah singkat ini yang ingin membahas tentang manajemen
kesiswaan dan hal-hal yang berhubungan dengannya.
II. Pengertian Manajemen Kesiswaan
Ungkapan
manajemen kesiswaan terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan
kesiswaan. Penulis tidak lagi mendiskripsikan pengertian manajemen dalam
makalah ini mengingat pada makalah sebelumnya yang berjudul manajemen
personalia telah dibahas secara terperinci dan jelas pengertian
manajemen. Sementara itu yang dimaksud dengan kesiswaan ialah segala
sesuatu yang menyangkut dengan peserta didik atau yang lebih populer
dengan istilah siswa.[2]
Dengan
demikian manjemen kesiswaan memiliki pengertian suatu proses pengurusan
segala hal yang berkaitan dengan siswa di suatu sekolahmulai dari
perencanaan, penerimaan siswa, pembinaan yang dilakukan selama siswa
berada di sekolah, sampai dengan siswa menyelesaikan pendidikannya di
sekolah melalui penciptaan suasana pembelajaran yang kondusif dan
konstruktif terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar atau
pembelajaran yang efektif.[3]
Dengan kata lain manajemen kesiswaan merupakan keseluruhan proses
penyelenggaraan usaha kerjasama dalam bidang kesiswaan dalam rangka
pencapaian tujuan pembelajaran di sekolah.
Adapun manajemen kesiswaan
itu sendiri memiliki tujuan mengatur kegiatan-kegiatan dalam bidang
kesiswaan agar proses pembelajaran yang dilaksanakan di suatu sekolah
dapat berjalan dengan lancar, tertib dan teratur sedemikian rupa
sehingga apa yang menjadi tujuan utama dari suatu program pembelajaran
di sekolah dapat tercapai secara optimal.
III. Tanggung Jawab Kepala Sekolah dalam Manajemen Kesiswaan
Tanggung
jawab kepala sekolah secara garis besar yang berhubungan dengan
manajemen kesiswaan adalah memberikan layanan kepada siswa dengan cara
memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang mereka perlukan sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya secara efektif dan efisien. Adapun
kegiatan yang harus dilakukan oleh kepala sekolah dalam manajemen
kesiswaan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian utama, yaitu kegiatan
penerimaan siswa, pembinaan siswa dan pemantapan kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa melalui program di sekolah.
Penerimaan siswa
merupakan proses pendataan dan pelayanan kepada siswa yang baru masuk
sekolah, setelah mereka memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh
sekolah tersebut. Kegiatan ini mewarnai kesibukan sekolah menjelang
tahun ajaran baru, dimana kepala sekolah perlu membentuk semacam
kepanitiaan yang dijadikan sebagai penerima siswa baru. Dalam hal ini
kepala sekolah dapat berpedoman pada pedoman penerimaan siswa baru yang
dikeluarkan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Kegiatan
selanjutnya setelah penerimaan siswa baru adalah pendataan siswa.
Data
ini sangat diperlukan untuk melaksanakan program bimbingan dan
penyuluhan jika siswa menemui kesulitan dalam belajar, memberi
pertimbangan terhadap prestasi belajar siswa, memberikan saran kepada
orang tua tentang prestasi belajar siswa, pindah sekolah dan lain
sebagainya.[4]
Selain hal tersebut di atas ada beberapa kegiatan yang lain yang harus
dilakukan ketika penerimaan siswa baru yaitu meliputi; penetapan daya
tampung sekolah, penetapan syarat-syarat bagi calon siswa untuk dapat
diterima di sekolah yang bersangkutan dan pembentukan panitia penerimaan
siswa baru.[5]
Kegiatan
selanjutnya yang harus dilakukan oleh kepala sekolah dalam kaitannya
dengan manajemen kesiswaan ialah pembinaan siswa. Pembinaan siswa adalah
pembinaan layanan kepada siswa baik didalam maupun di luar jam
pelajarannya di kelas. Dalam pembinaan siswa dilaksanakan dengan
menciptakan kondisi atau membuat siswa sadar akan tugas-tugas belajar
mereka. Dalam hal ini langkah-langkah yang dilakukan oleh seorang kepala
sekolah adalah memberikan orientasi kepada siswa baru, mengatur dan
mencatat kehadiran siswa, mencatat prestasi dan kegiatan yang diraih
daan dilakukan oleh siswa dan mengatur disiplin siswa selaku peserta
didik di sekolah.
Di samping itu seorang kepala sekolah juga dituntut
untuk melakukan pemantapan program siswa. Hal ini berkaitan dengan
selesainya belajar siwa. Apabila siswa telah selesai dan telah
menamatkan studinya, lulus semua mata pelajaran dengan memuaskan, maka
siswa berhak mendapatkan surat tanda tamat belajar dari kepala sekolah.
Untuk mencapai dan melaksanakan tugas-tugas tersebut, seorang kepala
sekolah selaku pengelola sekolah harus melakukan hal-hal berikut ini
yaitu meliputi pengelolaan perencanaan kesiswaan, mengadakan pembinaan
dan pengembangan kegiatan siswa serta mengevaluasi kegiatan ekstra
kurikuler.
Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah sehubungan dengan
perencanaan kesiswaan meliputi sensus sekolah, yaitu berupa pendataan
anak-anak usia sekolah yang diperkirakan akan masuk sekolah. Hal ini
akan mempengaruhi penetapan persyaratan penerimaan siswa baru, disamping
sensus sekolah juga penting dilaksanakan untuk menentukan daya tampung
sekolah. Selain sensus sekolah, kepala sekolah juga harus menentukan
jumlah siswa yang akan diterima, penerimaan siswa, pengelompokan,
kenaikan kelas, mutasi siswa, kemajuan belajar siswa, pencatatan siswa
dan registrasi serta pelaporan hasil belajar.
Pada bidang pembinaan
dan pengembangan kesiswaan tugas seorang kepala sekolah ialah
menciptakan kondisi atau membuat siswa sadar akan tugas-tugas
belajarnya. Pembinaan kesiswaan merupakan pemberian layanan kepada siswa
baik di dalam maupun di luar jaam belajar mereka. Dalam melakukan
pembinaan dan pengembangan siswa, kepala sekolah harus senantiasa
memperhatikan hak dan kewajiban siswa, seperti; mendapat perlakuan
sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan mereka, hak untuk memperoleh
penddikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya, hak untuk mengikuti
program pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan
berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan diri maupun untuk
memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang telah dibakukan
dan sebagainya. Selain hak-hak tersebut, siswa juga memiliki kewajiban
untuk ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali siswa
yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan yang
berlaku, menghormati tenaga pendidikan dan siswa juga berkewajiban untuk
mematuhi peraturan yang berlaku.
Adapun hal-hal yang dapat dilakukan
dalam rangka pembinaan kesiswaan meliputi pemberian orientasi kepada
mahasiswa baru, pengaturan dan pencatatan kehadiran siswa. Kegiatan ini
merupakan kegiatan dan tugas yang sangat esensial dalam pengelolaan
kesiswaan, karena kehadiran siswa merupakan syarat untuk memperoleh ilmu
pengetahuan daan mendapatkan pengalaman belajar. Ada beberapa alat yang
digunakan untuk mencatat kehadiran siswa seperti, papan absensi harian
siswa per kelas dan per sekolah, buku absensi harian siswa dan
rekapitulasi absensi siswa.
Hal lain yang juga dapat dilakukan untuk
pembinaan kesiswaan ialah mencatat prestasi dan kegiatan siswa berupa
daftar siswa di kelas, grafik prestasi belajar dan daftar kegiatan
siswa. Di samping itu juga dapat dilakukan pengaturan disiplin siswa di
sekolah, karena disiplin merupakan suatu keadaan dimana sikap,
penampilan dan tingkah laku siswa sesuai dengan tatanan nilai, norma dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku di sekolahdaan di kelas dimana mereka
berada.
Dalam kerangka peningkatan disiplin, siswa dapat mengupayakan
dan berusaha untuk melakukan hal-hal berikut seperti; hadir di sekolah
10 menit sebelum pelajaran dimulai, mengikuti semua kegiatan belajar
mengajar dengan aktif, mengerjakan tugas dengan baik, mengikuti kegiatan
ekstra kurikuler yang dipilihnya, memiliki kelengkapan belajar,
mematuhi tata tertib sekolah, tidak meninggalkan sekolah tanpa izin dan
lain-lain yang dapat meningkatkan disiplin siswa.[6]
Di
samping itu, dapat juga dilakukan hal-hal lain dalam rangka pembinaan
kesiswaan seperti pengaturan tata tertib sekolah karena tata tertib
merupakan salah satu alat yang dapat digunakan oleh kepala sekolah untuk
melatih siswa agar dapat mempraktikkan disiplin; pemberian promosi dan
mutasi seperti dengan adanya kenaikan kelas yang merupakan perpindahan
dari satu kelas ke kelas lainnya yang lebih tinggi setelah melalui
persyaratan tertentu yang telah dibuat dan norma tertentu juga yang
telah ditetapkan oleh sekolah. Sementara mutasi merupakan perpindahan
siswa dari satu sekolah ke sekolah lainnya karena alasan tertentu.
Mutasi harus dilakukan dengan prosedur tertentu dan mekanisme tertentu
pula serta harus dicatat pada dua sekolah, sekolah asal dan sekolah yang
dituju.
Kegiatan selanjutnya yang juga dapat dilakukan dalam rangka
pembinaan kesiswaan adalah pengelompokan siswa. Kegiatan pengelompokan
siswa merupakan kegiatan yang biasanya dilakukan setelah seorang siswa
dinyatakan lulus dan boleh mengikuti program pembelajaran di sekolah
tertentu. Kegiatan pengelompokan ini dimaksudkan agar tujan yang telah
ditetapkan dalam proses pembelajaran dapat tercapai secara optimal
dengan efektif dan efisien. Wujud dari kegiatan pengelompokan ini ialah
pembagian siswa kedalam kelas-kelas maupun kelompok belajar tertentu
dengan alasan dan pertimbangan tertentu seperti tingkat prestasi yang
dicapai sebelumnya dan lain sebagainya.
Selain pengembangan dan
pembinaan siswa yang ditinjau dari segi kokurikuler juga ada kegiatan
ekstra kurikuler. Kegiatan kokurikuler bertujuan agar siswa lebih
mendalami dan menghayati bahan yang dipelajari dalam kegiatan intra
kurikuler. Kegiatan tersebut dapat dilaksanakan baik secara perorangan
maupun secara kelompok, dalam bentuk pekerjaan rumah ataupun tugas-tugas
lain yang menjadi bagian dari kegiatan pembelajaran dengan tatap muka.
Sementara
itu kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan diluar
jam pelajaran, baik itu dilakukan di sekolah maupun diluar sekolah namum
masih dalam ruang lingkup tanggung jawab kepala sekolah. Kegiatan
ekstra kurikuler ini bertujuan untuk memperkaya dan memperluas wawasan
pengetahuan siswa mendorong pembinaan nilai dan sikap mereka demi untuk
mengembangkan minat dan bakat siswa. Siswa dalam hal ini dapat memilih
kegiatan ekstra kurikuler yang mana yang ia minati yang sesuai dengan
kecenderungan jiwa mereka. Kegiatan ekstra kurikuler ini mengutamakan
pada kegiatan kelompok.
Ada beberapa hal yang perlu dan harus
diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler seperti;
meningkatkan aspek pengetahuan, sikap dan keterampilam siswa, mendorong
bakat dan minat mereka, menentukan waktu, obyek kekuatan sesuai dengan
kondisi lingkungan. Selain itu kegiatan ekstra kurikuler dapat dilakukan
dalam berbagai bentuk kegiatan seperti; kepramukaan, usaha kesehatan
sekolah, patroli keamanan sekolah, peringatan hari-hari besar agama dan
nasional, pengenalan alam sekitarnya, oleh raga dan lain sebagainya.
Apabila
manajemen kesiswaan kita hadapkan pada konteks sekarang, maka kesiapan
siswa dalam menghadapi tantangan-tantangan kontemporer tentu jauh lebih
berat bila dibandingkan dengan era yang dihadapi oleh siswa pada dasa
warsa sebelumnya. Siswa dihadapkan pada tantangan global yang meliputi
aspek sosial, ekonomi, budaya dan teknologi yang mengitarinya.
Mengutip
pernyataan Suyanto dan Djihad Hisyam dalam bukunya Refleksi dan
Reformasi Pendidikan Islam di Indonesia Memasuki Mileniaum III, abad ke
21 menyodorkan lingkungan sosial yang sangat berbeda dengan lingkungan
sosial, ekonomi, budaya dan teknologi pada abad sebelumnya. Padahal
lingkungan yang mengelilingi anak-anak kita tersebut akan sangat dominan
pengaruhnya terhadp pembentukan prilaku, kepribadian maupun moralitas.[7]
Dalam kerangka pendidikan anak-anak, kita perlu mengantisipasi berbagai
persoalan yang mungkin dihadapi oleh mereka dalam menyongsong milenium
ke 3 ini.
Untuk membahas jalan keluar dari permasalahan tersebut, maka dalam manajemen kesiswaan perlu adanya usaha untuk meminimalisir gejala-gejala tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mencoba untuk mensiasati perkembangan siswa saat ini karena siswa merupakan bagian terbesar dari generasi muda yang akan menjadi penerus perjuangan dan cita-cita bangsa. Untuk mensiasati perkembangan siswa tersebut, diperlukan metode dan strategi yang perlu dipahami dan diterapkan dalam proses manajemen pendidikan.
Untuk membahas jalan keluar dari permasalahan tersebut, maka dalam manajemen kesiswaan perlu adanya usaha untuk meminimalisir gejala-gejala tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mencoba untuk mensiasati perkembangan siswa saat ini karena siswa merupakan bagian terbesar dari generasi muda yang akan menjadi penerus perjuangan dan cita-cita bangsa. Untuk mensiasati perkembangan siswa tersebut, diperlukan metode dan strategi yang perlu dipahami dan diterapkan dalam proses manajemen pendidikan.
Pembinaan kesiswaan mempunyai nilai yang
strategis, di samping sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan
sumber daya manusia masa depan, sasarannya adalah anak usia 6-18 tahun,
suatu tingkat perkembangan usia anak, dimana secara psikis dan fisik
anak sedang mengalami pertumbuhan, suatu periode usia yang ditandai
dengan kondisi kejiwaan yang tidak stabil, agresifitas yang tinggi dan
mudah dipengaruhi oleh lingkungan.[8]
Guna
mengantisipasi kompleksitas permasalah tersebut diperlukan pembinaan
anak usia sekolah dengan profesional yang di dalamnya mengandung
berbagai nilai, seperti peningkatan mutu gizi, perilaku kehidupan
beragama dan perilaku terpuji, penanaman rasa cinta tanah air, disiplin
dan kemandirian, peningkatan daya cipta, daya analisis, prakarsa dan
daya kreasi, penumbuhan kesadaran akan hidup bermasyarakat, serta
kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga diharapkan anak
nantinya akan menjadi sosok yang siap dan tahan banting menghadapi
kompleksitas tantangan perkembangan zaman yang semakin pesat.
Sebagai
akhir dari pembahasan ini penulis ingin mengungkapkan sebuah teks
hadith yang intinya memberikan gambaran betapa urgennya membina anak,
mengarahkannya sesuai dengan kemauan pendidik, sebab jika tidak tentu
anak tersebut akan menjadi manusia yang lepas kendali- untuk tidak
mengatakan buas- yang berbunyi:
عن أبي هريرة رضى الله عنه قال: قال النبي صلى الله عليه وسلم كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أوينصرانه أو
يمجسانه (رواه البخارى) [9]
Artinya: “Dari Abu Hurairah (ra) Rasulullah SAW bersabda: “tidak seorang anak pun yang baru lahir kecuali dia bersih, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak itu Yahudi, Nasrani dan Majusi.”(HR.Bukhari).
Hadith
di atas memberikan gambaran betapa anak yang dilahirkan dalam keadaan
fitrah, tinggal orang tuanyalah sebagai pendidiknya yang akan
menjadikannya Yahudi, Majusi ataupun Nasrani. Maka jelaslah bahwa
manajemen kesiswaan memegang pernan penting dalam menciptakan generasi
masa depan yang berbudaya dan berilmu pengetahuan serta berbasis
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Yang Maha Pencipta.
IV. Penutup
Dari
uraian yang telah dipaparkan di atas kiranya dapat disimpulkan bahwa
manajemen kesiwaan merupakan suatu proses pengurusan segala hal yang
berkaitan dengan siswa. Ia merupakan bagian dari tugas dari kepala
sekolah yang secara garis besar memberikan layanan bagi siswa. Ia
menjadi sangat urgen karena keberhasilannya akan menentukan baik
buruknya generasi yang akan memegang tongkat estafet perjuangan bangsa
di masa yang akan datang.
Daftar Pustaka
- Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, Cet. I, Jakarta, Rineka Cipta, 1996.
- DEPDAGRI RI DITJEN Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah dan Dep. Pdan K DITJEN Pendidikan Dasar dan Menengah, Pengelolaan Sekolah di Sekolah Dasar, (Jakarta, 1996.
- Djauzak Ahmad, Petunjuk Penignkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar, (Jakarta, Ditjen Dikdasmen Depdikbud, 1993
- Frans Mataheru, Managemen Kesiswaan, Bahan Sajian Pelatihan Manajemen Penddikan bagi Kepala SD Daerah Binaan PEQIP se Indonesia, Malang, 1996
- Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz II, (Bandung: Dahlan, tt
- Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Cet. III, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 1996
- Soerjani, Manajemen Kesiswaan, Bahan Sajian Pelatihan Manajemen Pendidikan bagi Kepala SD Daerah Binaan PEQIP se Indonesia, Malang, 1996
- Suyanto dan Djihad Hisyam, Refleksi dan Reformasi Pendidikan Islam di Indonesia Memasuki Mileniaum III, Cet. I, Cet. I, Yogyakarta, Adicita Karya Nusa, 2000
- Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah; Tinjauan Teoritik dan Praktik, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1999
[1] Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah; Tinjauan Teoritik dan Praktik, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1999), hal. 22204.
[2] Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, Cet. I, (Jakarta, Rineka Cipta, 1996), hal. 9.
[3] Frans Mataheru, Managemen Kesiswaan, Bahan Sajian Pelatihan Manajemen Penddikan bagi Kepala SD Daerah Binaan PEQIP se Indonesia, Malang, 1996, hal.1.
[4] DEPDAGRI RI DITJEN Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah dan Dep. Pdan K DITJEN Pendidikan Dasar dan Menengah, Pengelolaan Sekolah di Sekolah Dasar, (Jakarta, 1996), hal. 19-20.
[5] Soerjani, Manajemen Kesiswaan, Bahan Sajian Pelatihan Manajemen Pendidikan bagi Kepala SD Daerah Binaan PEQIP se Indonesia, Malang, 1996, hal. 2.
[6] Lihat, Djauzak Ahmad, Petunjuk Penignkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar, (Jakarta, Ditjen Dikdasmen Depdikbud, 1993).
[7] Suyanto dan Djihad Hisyam, Refleksi dan Reformasi Pendidikan Islam di Indonesia Memasuki Mileniaum III, Cet. I, Cet. I, Yogyakarta, Adicita Karya Nusa, 2000), hal.55.
[8] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Cet. III, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 1996), hal. 49-80.
[9] Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz II, (Bandung: Dahlan, tt), hal. 458.
Sumber : http://istana-isna.blogspot.co.id/2009/05/manajemen-kesiswaan.html
[2] Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, Cet. I, (Jakarta, Rineka Cipta, 1996), hal. 9.
[3] Frans Mataheru, Managemen Kesiswaan, Bahan Sajian Pelatihan Manajemen Penddikan bagi Kepala SD Daerah Binaan PEQIP se Indonesia, Malang, 1996, hal.1.
[4] DEPDAGRI RI DITJEN Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah dan Dep. Pdan K DITJEN Pendidikan Dasar dan Menengah, Pengelolaan Sekolah di Sekolah Dasar, (Jakarta, 1996), hal. 19-20.
[5] Soerjani, Manajemen Kesiswaan, Bahan Sajian Pelatihan Manajemen Pendidikan bagi Kepala SD Daerah Binaan PEQIP se Indonesia, Malang, 1996, hal. 2.
[6] Lihat, Djauzak Ahmad, Petunjuk Penignkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar, (Jakarta, Ditjen Dikdasmen Depdikbud, 1993).
[7] Suyanto dan Djihad Hisyam, Refleksi dan Reformasi Pendidikan Islam di Indonesia Memasuki Mileniaum III, Cet. I, Cet. I, Yogyakarta, Adicita Karya Nusa, 2000), hal.55.
[8] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Cet. III, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 1996), hal. 49-80.
[9] Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz II, (Bandung: Dahlan, tt), hal. 458.
Sumber : http://istana-isna.blogspot.co.id/2009/05/manajemen-kesiswaan.html
Berikan Komentar:
0 comments: