A. Pengertian Logika
Logika Matematika Sumber Foto: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHdrqT2u2tOBEKkgw1xlfZxK5FM_HPvioQXos1mGieRs_19yB84BvDedWVcUw22_3r6cqwAV8QdxYMCfMkZ8e0oJWRK4I5kpPgMjYx1fXK-5nzMIXOejhfvMGpJuHpYYbIcy4FsN5sbwE/s1600/images.png |
Secara
etimologi, istilah Logika berasal dari bahasa Yunani, yaitu logos yang
berarti kata, ucapan, pikiran secara utuh, atau bisa juga ilmu
pengetahuan. Dalam arti luas, Logika adalah sebuah metode dan
prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara penalaran yang
tepat dengan penalaran yang tidak tepat.
Jika
kita membahas logika, kita akan berkenalan dengan penalaran. Penalaran
merupakan penjelasan dalam upaya memperlihatkan hubungan antara dua hal
atau lebih berdasarkan sifat-sifat atau hukum-hukum tertentu yang sudah
diakui kebenarannya dengan langkah-langkah tertentu yang berakhir dengan
sebuah kesimpulan. Dengan kata lain, penalaran dapat diartikan sebagai
penarikan kesimpulan dalam sebuah argumen.
Dalam
Logika, kita mempelajari dan meneliti apakah sebuah penalaran yang
telah kita lakukan itu tepat atau tidak. Untuk dapat berpikir dengan
tepat, Logika menawarkan sejumlah aturan atau kaidah-kaidah yang harus
diperhatikan agar kesimpulan yang kita peroleh hasilnya tepat.
Orang
yang pertama kali merintis dan mempelopori Logika adalah Aristoteles,
seorang filsafat Yunani yang hidup pada 348-322 SM. Ia mengobservasi dan
mencatat hukum-hukum dari logika formal, yaitu logika yang kesahihan
dari langkah-langkahnya dipandang hanya berdasarkan bentuk dari
rangakaian langkah-langkah itu dan tidak bergantung pada materi
persoalan sehingga berlaku baik di ilmu alam, ilmu kimia, maupun
ilmu-ilmu lain serta dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh:
Premis 1 : Semua a adalah b
Premis 2 : Semua b adalah c
Kesimpulan : Semua a adalah c
Langkah di atas menghasilkan sebuah kesimpulan yang tidak tergantung pada isi a, b dan c.
Contoh:
Premis 1 : Semua a adalah b
Premis 2 : Semua b adalah c
Kesimpulan : Semua a adalah c
Langkah di atas menghasilkan sebuah kesimpulan yang tidak tergantung pada isi a, b dan c.
Dengan mempelajari Logika ini diharapkan kita mempunyai pola berpikir
yang tepat, akurat, rasional, kritis dan obyektif. Selain itu, dengan
mempelajari prinsip-prinsip Logika, ini juga akan membantu kita untuk
menjadi lebih efektif dalam mengenal dan menghindari kesalahan dalam
penalaran, baik penalaran yang dilakukan orang lain, maupun yang
dilakukan oleh diri sendiri. Seseorang yang dapat mengenal dan
menghindari kesalahan logika dalam penalaran akan dapat berpikir yang
jelas dan tepat, lebih baik dan lebih yakin, apapun yang mungkin
merupakan pokok persoalan yang akan dihadapi.
B. Himpunan Semesta Pembicaraan
Kenapa ada himpunan semesta pembicaraan ya? Bukannya kita sekarang sedang belajar Logika Matematika?
Mungkin ada diantara kalian bertanya seperti itu. Mungkin pada materi
di sekolah, hal ini kurang mendapat perhatian. Karena ketika kita sedang
membicarakan matematika, maka kita harus menentukan terlebih dahulu
himpunan semestanya, apalagi untuk Logika Matematika. Sebab benar atau
salahnya suatu pernyataaan memang dapat tergantung pada semestanya yang
telah disepakati.
Contoh:
"Berapa x sehingga x + 2 = 12?"
Pasti kebanyakan kita akan menjawab x = 10.
Yap, benar. Anda tidak salah. Karena pikiran kita sudah terbentuk bahwa
semesta pembicaraannya adalah semua anggota himpunan bilangan kompleks.
Tapi lain jawaban jika saya bertanya seperti ini,
"Berapa x sehingga x + 1 = 12, dengan x adalah anggota bilangan asli kurang dari 5?"
Jika Anda tahu, silahkan isi jawaban dan alasannya di kolom komentar.
C. Kalimat = Pernyataan?
Apakah kalimat bisa dikatakan pernyataan??? Faktanya tidak semua kalimat merupakan pernyataan, tetapi semua pernyataan
merupakan sebuah kalimat. Suatu kalimat yang mengandung nilai benar
ataupun salah, tetapi tidak kedua-duanya pada saat yang sama disebut
kalimat deklaratif (pernyataan). Kalimat yang tidak dapat dinyatakan
sebagai pernyataan dapat berupa kalimat perintah, pertanyaan, kalimat
yang tidak jelas, atau kalimat yang mempunyai arti ganda (ambigu).
Contoh:
- Bilangan 7 adalah bilangan prima.
- Provinsi DKI Jakarta berpenduduk 1 juta jiwa.
- Ambilkan OHP di ruang guru!
- Astaga!
- 2x + 3 > x -1
Dari contoh di atas, kalimat pertama dan kedua adalah contoh pernyataan,
dan kalimat lainnya merupakan kalimat biasa. Untuk kalimat kelima tidak
disebut sebagai sebuah pernyataan karena belum dapat ditentukan nilai
kebenarannya. Kalimat yang masih mengandung variabel bisa disebut
sebagai kalimat terbuka (bisa dimasukkan apa saja). Kalimat tersebut
akan menjadi sebuah pernyataan jika kita telah mengganti nilai x dengan
suatu bilangan tertentu. Saya kira sampai disini Anda sudah paham
perbedaan kalimat dan pernyataan.
Jadi, kesimpulan yang sah adalah Jika Tio menjadi juara kelas, maka Tio akan senang.
D. Operasi pada Logika Matematika
Secara umum, operasi pada materi Logika matematika ada dua, yaitu
operasi uner dan operasi biner. Sesuai namanya, operasi uner (Monari)
adalah operasi yang hanya berhubungan dengan satu unsur, sedangkan
operasi biner (Binari) adalah operasi yang berhubungan dengan dua unsur.
Operasi uner dalam Logika Matematika hanya ada satu macam, yaitu
operasi negasi, dan operasi biner ada empat macam, yaitu operasi
konjungsi, disjungsi, implikasi, biimplikasi.
1) Operasi Negasi
Negasi biasa juga disebut dengan ingkaran. Nilai kebenaran negasi sebuah
pernyataan adalah kebalikan dari nilai kebenaran yang dimiliki oleh
sebuah pernyataan. Jika sebuah pernyataan itu bernilai benar, maka
negasinya adalah salah, dan begitu pula sebaliknya. Untuk menyatakan
negasi, kita bisa menggunakan kata "tidak".
Tabel Nilai Kebenaran Operasi Negasi
Contoh:
"Pohon ini tinggi"
Pohon ini tinggi bisa disimbolkan dengan p, negasinya bisa disimbolkan dengan atau sehingga pernyataan negasinya menjadi,
"Pohon ini tidak tinggi" atau bisa juga, "Tidak benar bahwa pohon ini tinggi"
2) Operasi Konjungsi
Dalam Logika Matematika, jika dua pernyataan digabungkan dengan kata
penghubung "dan", maka ini disebut sebagai operasi konjungsi. Simbol
yang umum digunakan untuk operasi ini adalah ""
Tabel Nilai Kebenaran Operasi Konjungsi
Kesimpulan : Operasi konjungsi bernilai benar apabila kedua pernyataan tersebut bernilai benar.
Contoh:
- 2 adalah bilangan prima genap dan 5 adalah bilangan prima ganjil, bernilai benar
- 2 adalah bilangan prima genap dan 5 adalah bukan bilangan prima ganjil, bernilai salah
- 2 adalah bukan bilangan prima genap dan 5 adalah bilangan prima ganjil, bernilai salah
- 2 adalah bukan bilangan prima genap dan 5 adalah bukan bilangan prima ganjil, bernilai salah
3) Operasi Disjungsi
Jika dua pernyataan digabungkan dengan kata penghubung "atau", maka ini
disebut sebagai operasi disjungsi. Simbol yang umum digunakan untuk
operasi ini adalah ""
Tabel Nilai Kebenaran Operasi Disjungsi
Kesimpulan : Operasi disjungsi bernilai benar apabila salah satu pernyataan tersebut bernilai benar.
Contoh:
- 2 adalah bilangan genap atau 2 adalah bilangan prima, bernilai benar
- 2 adalah bilangan genap atau 2 adalah bukan bilangan prima, tetap bernilai benar
- 2 adalah bukan bilangan genap atau 2 adalah bilangan prima, tetap bernilai benar
- 2 adalah bukan bilangan genap atau 2 adalah bilangan prima, baru bernilai salah
4) Operasi Implikasi
Jika dua pernyataan mengandung bentuk "jika ... maka ...", maka ini
disebut sebagai operasi implikasi. Simbol yang umum digunakan untuk
menyatakan operasi ini adalah "".
Tabel Nilai Kebenaran Operasi Implikasi
Kesimpulan : Operasi implikasi bernilai benar apabila pernyataan kedua
bernilai benar, atau kedua pernyataan tersebut bernilai sama.
Contoh:
- Jika air habis, maka manusia akan mati, bernilai benar
- Jika air habis, maka manusia tidak akan mati, bernilai salah
- Jika air tidak habis, maka manusia akan mati, bernilai benar
- Jika air tidak habis, maka manusia tidak akan mati, bernilai benar
Contoh di atas saya rasa sudah cukup untuk menjawab pertanyaan "Kenapa
jika B maka S hasilnya S, sedangkan jika S maka B hasilnya B?" Karena
belum tentu penyebab manusia mati hanya karena air habis, kan?
5) Operasi Biimplikasi
Jika dua pernyataan mengandung bentuk " ... jika dan hanya jika ...",
maka ini disebut sebagai operasi biimplikasi. Saya lebih suka menyebut
hubungan ini "persyaratan". Simbol yang umum digunakan untuk operasi ini
adalah "".
Tabel Nilai Kebenaran Operasi Biimplikasi
Kesimpulan : Operasi biimplikasi bernilai benar apabila kedua pernyataan tersebut bernilai sama.
Contoh:
- Jantung berdetak jika dan hanya jika manusia hidup, bernilai benar
- Jantung berdetak jika dan hanya jika manusia tidak hidup, ya salah kan?
- Jantung tidak berdetak jika dan hanya jika manusia hidup, salah juga kan?
- Jantung tidak berdetak jika dan hanya jika manusia tidak hidup, baru benar
6) Konvers
Konvers adalah kebalikan dari implikasi ditandai dengan pertukaran letak.
Misal implikasi p → q, maka konversnya adalah q → p.
7) Invers
Invers merupakan lawan dari implikasi. Pada invers, pernyataan yang terdapat dalam pernyataan majemuk merupakan negasi dari pernyataan pada implikasi.
Misal implikasi p → q, maka inversnya adalah ~p → ~q.
8) Kontraposisi
Kontraposisi merupakan kebalikan dari invers sama halnya dengan konvers hanya saja pernyataannya merupakan negasi atau ingkaran.
Misal invers ~p → ~q, maka kontraposisinya adalah ~q → ~p.
E. Kesetaraan
Kesetaraan merupakan
pernyataan-pernyataan yang bernilai sama atau bermakna sama. Kesetaraan
dilambangkan dengan " ≡
".
1. ~(p ∧
q) ≡ ~p ∨
~q
2. ~(p ∨
q) ≡ ~p ∧
~q
3. p → q ≡ ~q → ~p
4. ~(p → q) ≡ (p ∧ ~q)
5. ~(p ↔ q) ≡ (p ∧ ~q) ∨ (q ∧ ~p)
F. Pernyataan Berkuantor
Seperti yang sudah dibahas, 2x + 3 > x -1 adalah kalimat terbuka
(yang mengandung variabel) dan bukan sebuah pernyataan. Untuk mengganti
kalimat terbuka tersebut menjadi sebuah pernyataan, kita harus mengganti
variabel (x) yang ada dengan suatu nilai. Cara lainnya untuk mengganti
kalimat terbuka menjadi sebuah pernyataan adalah dengan menggunakan
kuantor. Kuantor sendiri dibagi menjadi dua, yaitu kuantor umum (kuantor
universal) dan kuantor khusus (kuantor eksistensial).
1) Kuantor Umum (Kuantor Universal)
Untuk menyatakan kuantor universal, kita bisa menggunakan ungkapan
"Untuk setiap" atau "Untuk semua". Simbol yang umum digunakan untuk
menyatakan kuantor umum adalah A terbalik, "".
Contoh:
x > 0 merupakan kalimat terbuka.
Jika saya ganti menjadi "Untuk setiap x bilangan asli, berlaku x positif
(x >0)", apakah bisa kita menyatakan salah atau benar? Bisa, bukan?
Jawabannya adalah benar karena 1, 2, 3 dst itu selalu lebih besar dari
0. Dan jika bisa ada nilai kebenarannya, maka ini disebut sebagai
pernyataan. Simbol matematikanya adalah
Untuk contoh pernyataan berkuantor universal yang bernilai salah dapat
dilihat apabila saya ganti pernyataannya dengan, "Untuk setiap x
bilangan asli, x > 2". Kenapa salah? Karena 1 adalah bilangan asli,
sedangkan 1 tidak lebih besar daripada 2. Jadi, tidak semua bilangan
asli lebih dari 2 dan dapat disimpulkan bahwa pernyataan tersebut
bernilai salah.
2) Kuantor Khusus (Kuantor Eksistensial)
Untuk menyatakan kuantor khusus, kita bisa menggunakan ungkapan "Ada",
"Terdapat", "Paling sedikit satu", atau "Beberapa". Simbol yang umum
digunakan untuk menyatakan kuantor khusus adalah E terbalik, ""
Contoh:
x > 1 merupakan kalimat terbuka
Jika saya ganti menjadi "Terdapat x bilangan asli sedemikian sehingga x
> 1", apakah bisa kita menyatakan salah atau benar? Sekali lagi bisa.
Dan jawabannya benar karena 2 > 1 sedangkan 2 adalah anggota
bilangan asli. Jadi ini bisa disebut sebagai suatu pernyataan. Simbol
matematikanya adalah
Untuk contoh pernyataan berkuantor eksistensial yang bernilai salah
dapat dilihat apabila saya ganti pernyataannya dengan, "Terdapat x
bilangan asli sedemikian rupa sehingga x < 1". Kenapa salah? Karena
tidak ada lagi bilangan asli yang lebih kecil dari 1. Jadi, tidak
terdapat bilangan asli yang kurang dari 1 dan dapat disimpulkan bahwa
pernyataan tersebut bernilai salah.
G. Negasi Pernyataan Berkuantor
Coba kita melihat pernyataan ini, "Semua manusia pasti mati". Pernyataaan ini bernilai benar.
Negasi dari pernyataan ini adalah "Tidak semua manusia pasti mati", ini
sama artinya dengan "Terdapat manusia yang tidak pasti mati". Dan
pernyataan ini bernilai salah. Jadi, kita dapat menyimpulkan bahwa
negasi yang telah kita buat sudah benar.
Simbol Matematis Negasi Kuantor Universal
Sekarang coba lihat pernyataan ini, "Terdapat tinggi badan manusia yang kurang dari 120 cm". Pernyataan ini bernilai benar.
Negasi dari pernyataan ini adalah "Tidak terdapat tinggi badan manusia
yang kurang dari 120 cm", ini sama artinya dengan "Semua tinggi badan
manusia lebih dari 120 cm". Dan pernyataan ini bernilai salah. Jadi,
kita dapat menyimpulkan bahwa negasi yang telah kita buat sudah benar.
Simbol Matematis Negasi Kuantor Eksistensial
Kesimpulan : (1) Negasi universal = eksistensial; dan (2) Negasi eksistensial = universalH. Penarikan Kesimpulan
1. Modus Ponens
p → q
p
————
∴
q
Contoh:
Diketahui pernyataan sebagai
berikut:
1. Jika hari libur tiba, maka Rani
akan berlibur ke Paris
2. Hari libur tiba
Tentukan kesimpulan yang sah dari
dua pernyataan tersebut.
Pembahasan:
Misalkan:
p = Hari libur tiba
q = Rani berlibur ke Paris
Berdasarkan modus Ponens, diperoleh
:
p → q
p
———
∴
q
Jadi, kesimpulan yang sah adalah
Rani berlibur ke Paris
2. Modus Tollens
p → q
~q
————
∴
~p
Contoh
:
Diketahui pernyataan sebagi berikut:
1. Jika hari ini hujan, maka Lia
tidak pergi ke kota
2. Lia pergi ke kota
Tentukan kesimpulan yang sah dari
dua pernyataan tersebut.
Pembahasan
Misalkan :
p = Hari ini hujan
q = Lia tidak pergi ke kota
~q = Lia pergi ke kota
Berdasarkan Modus Tollens diperoleh
:
p → q
~q
————
∴
~p
Jadi, kesimpulan yang sah adalah
Hari ini tidak hujan.
3. Silogisme
p → q
q → r
————
∴
p → r
Contoh :
Diketahui pernyataan sebagi berikut
:
1. Jika Tio menjadi juara kelas,
maka Ibu akan membelikannya sepeda
2. Jika Ibu membelikannya sepeda,
maka Tio akan senang
Tentukan kesimpulan yang sah dari
dua pernyataan tersebut.
Pembahasan :
Misalkan :
p = Tio menjadi juara kelas
q = Ibu membelikannya sepeda
r = Tio senang
Berdasarkan konsep silogisme
diperoleh :
p → q
q → r
————
∴
p → r
Jadi, kesimpulan yang sah adalah Jika Tio menjadi juara kelas, maka Tio akan senang.
Sumber:
http://www.ahmadkurniadi.com/2014/01/logika-matematika.html
Berikan Komentar:
0 comments: